Saturday, April 21, 2012

Kuntilanak

Hi guys. Dalam post kali ini aku bukan mau cerita diary pribadiku, tapi CERITA HOROR!
Yeah. Horor.
Bukan cerita serem yang berdasarkan pengalamanku sendiri sih. Cerita ini aku ambil dari buku "Nightmare Side". Buku itu berisi kumpulan kisah-kisah mistis para pendengar Radio Ardan 105.9 FM Bandung.
Kenapa gue re-write di blog? Karena gue pingin bagi-bagi rasa takut ke kalian semua!! Gue udah berusaha minjemin nih buku ke orang-orang tapi kagak ada yang berani baca. Gue galau. So, kalian lah yang jadi korban gue sekarang. Disini. Di blog gue ini. Ok, langsung aja ya. Check this out dan rasakan sensasinya!!!

********

Kejadian yang aku ceritakan ini kualami saat aku pulang kampung di suatu daerah di sebelah barat Tasikmalaya. Sesuai tradisi di daerah sana ada hari tertentu sekitar pukul 11-12 malam saat anak-anak muda yang umurnya masih belasan tahun berpawai obor keliling desa. Dimulai dari gardu yang ada tepat di pintu masuk desa dan berakhir di kompleks perkuburan warga setempat.

Aku pun hingga sekarang masih belum terlalu mengerti, kenapa pawai itu harus diakhiri di kompleks perkuburan. Duh, suhu di perkuburan khan sangat dingin. Dan menurutku sepertinya kurang wajar, karena dari berkali-kali pawai yang aku ikuti di tahun-tahun sebelumnya, selalu saja ada yang kesurupan.

Nenekku memang pernah menerangkan kalau pawai obor yang ditutup di perkuburan menandakan bahwa siapapun kita pasti nantinya jadi penghuni perkuburan, sebagai akhir dari perjalanan hidupnya. Ada juga yang bilang, kalau perkuburan itu dipilih karena letaknya yang memang di ujung desa, berbatasan langsung dengan bukit yang masih dipenuhi pohon-pohon liar. Duh, pohon-pohon itu semakin menambah kesan mistis daerah itu.

Brrrrrrr, malam itu semakin terasa sangat dingin. Dan pawai obor pun baru saja dimulai. Cahaya dari api obor membuat suasana pedesaan kian kental ditambah suara kentongan yang dibawa warga. Ini membuatku lupa dengan suhu dingin yang menyelimuti desa ini dan sibuk foto sana sini.

Setelah sekitar dua jam pawai obor, akhirnya kamiu mulai memasuki kompleks perkuburan untuk penutupan pawai. Di sekeliling kompleks perkuburan terdapat pohon bambu yang lebat dan tinggi. Acara penutupan dimulai dengan membacakan doa-doa yang dipimpin oleh sesepuh desa, Pak Usep namanya. Suasana pun hening, hanya terdengar suara Pak Usep dan hembusan angin dari pohon bambu.

Di tengah khusyuknya kami mendengarkan doa Pak Usep, tiba-tiba terdengar suara wanita cekikikan. Wah, jangan-jangan ada yang kesurupan lagi nih. Mendengar suara cekikikan itu, Pak Usep berhenti membaca doa. Kami semua serentak melihat ke sumber suara. Dan orang yang cekikikan itu adalah Kusman. Aneh, cekikikannya Kusman kok seperti suara wanita?

Hal itu membuat kami bergerak menjauh dari Kusman. Aku pun merinding. Kami terpaku dan hanya bisa memperhatikan Kusman yang tangannya bergerak seolah-olah sedang membelai rambut panjangnya. Padahal rambut Kusman pendek dan rapi. Selain itu.... mata Kusman.... mata Kusman terus-terusan menatap Pak Usep dengan tajam. Dan lama-lama cekikikan Kusman berubah menjadi tangisan yang sangat menyedihkan.

Akhirnya Pak Usep memegang kepala Kusman. "Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!!" Kusman pun berteriak, tapi masih dengan suara wanita! Suara wanita yang sedang merasuki tubuh Kusman itu berkata, "Aku teh Neng Ai!". Ha? Neng Ai??? Bu... Bukankah Neng Ai baru saja meninggal seminggu yang lalu??

"Toooooollloooooong, aku tersiksa... Aku ingin pindah... Tidak ingin disini... Ingin digendong..." suara Neng Ai terdengar mengerikan. Membuat suasana semakin mencekam. Neng Ai yang sedang merasuki tubuh Kusman semakin meronta-ronta! Kadang menangis, menjerit, kadang tertawa.. Kadang merintih!!!! Benar-benar menyeramkan!!!

Pak Usep dengan segera membacakan doa untuk Neng Ai. Pak Usep juga berjanji akan secepatnya memindahkan jasad Neng Ai ke tempat lain. Dan itu membuat tangis lirih mengerikan Neng Ai perlahan berhenti. Kusman pun tersadar dan tampak kebingungan. Dia mulai bertanya-tanya kenapa orang-orang mengelilingi dia. Kami tidak menjawab dan hanya membawa Kusman pulang. Menjauh dari tempat yang menyeramkan ini.

Ketika hampir sampai rumah, aku baru sadar kalau kamera digitalku tertinggal di kuburan!!! Karena kejadian kesurupan Kusman tadi, aku panik dan tidak sengaja meninggalkannya. Ah! Sial!!! Aku terpaksa harus balik lagi ke kuburan!!! Tanpa memperdulikan keadaan sekitar, setengah berlari aku terus menuju tempat tadi. Tempat Kusman tadi kesurupan. Tempat... tempat... Neng Ai minta pertolongan!

Tapi demi kamera mahal itu aku harus kembali. Dengan perasaan takut aku berlari untuk mempercepat proses yang mengerikan ini. Entah berapa batu nisan yang tidak sengaja kutendang. Akhirnya aku sampai juga. Kulihat pohon pisang besar yang membuatku hafal tempat aku meninggalkan kameraku. Tapi aduh, aku enggak bisa menemukan dimana kameraku itu. Terpaksa aku mencarinya diantara batu-batu nisan. 

Aku mulai merangkak-rangkak meraba tanah. Dan disana... tepat di bawah pohon pisang, sekilas terlihat tali kamera milikku. Dengan perasaan lega, aku pun segera menuju kesitu. Aaaahh, ternyata benar. Syukurlah... Kameranya tergeletak... tepat tergeletak... di sebelah batu nisan kayu... Batu nisan yang bertuliskan sebuah nama... Neng Ai!!!

Hah? Neng Ai??!! Seketika bulu kudukku merinding dan dengan tergesa-gesa aku mengambil kameraku. Saat aku menjulurkan tangan untuk mengambilnya, ada sesuatu, menetes di tangan...

Pikiranku yang pertama adalah gerimis mau hujan. Tapi.... Tapi setelah aku cium tetesan itu dan aku lihat baik-baik... ternyata... ternyata... itu... itu darah!!! Darah segar berwarna merah pekat!! Darah yang terus bercucuran membuatku mendongak ke atas untuk melihat dari mana asalnya darah itu. Ternyata... ternyata disana... di atas pohon pisang... ternyata... ada satu sosok... kuntilanak!!

Kain putih kusam membungkus seluruh tubuhnya! Rambutnya panjang berantakan! Matanya... matanya mengeluarkan darah! Darah yang terus bercucuran!!!! Dan yang paling menyeramkan.... mulutnya.... mulutnya menganga!!!! Mulutnya menganga lebar sekali!!! Menganga sampai ke dada!!!!!

Dengan sisa tenaga yang aku punya, aku berlari!!! Berlari sekencangnya! Tanpa memperdulikan apapun, aku berlari terus, keluar dari perkuburan dan langsung menuju ke rumah Pak Usep. Sepanjang jalan aku melihat bercak tetesan darah yang tadi ada di lenganku menghilang.

Besoknya dengan pengalaman beramai-ramai tadi malam, ditambah dengan ceritaku, warga sekitar akhirnya menggali lagi kuburan Neng Ai. Jasad Neng Ai akan dipindahkan ke lahan lain, di dekat gubuk kuncen. Entah mengapa aku berpikir harus menyaksikan langsung pemindahan itu, agar bisa sedikit tenang setelah kejadian semalam.

Setelah jasadnya yang sudah hampir busuk itu berhasil diangkat, aku dan semua warga seketika berteriak. Bahkan ada beberapa yang menjadi histeris. Mereka melihat.... mereka melihat.... aku juga melihat, jenazah Neng Ai sama dengan kuntilanak yang kulihat tadi malam!!! Mulutnya sama persis... Menganga!!! Lebar sekali!!!

1 comment(s):

outbound training di malang said...

kunjungan gan.,.
bagi" motivasi.,.
Kita di nilai dari apa yang kita selesaikan bukan dari apa yang kita mulai,.
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,

Post a Comment

twitter

follow my blog

 

Copyright © Shafira. Template created by Volverene from Templates Block
WP by WP Themes Master | Price of Silver