Pernah dengar cerita rumah misterius di Jalan Uranus Tengah, daerah perumahan Margahayu Raya, Bandung? Aku tidak hanya dengar, tapi hal yang misterius itu aku alami sendiri.
Kejadian ini aku alami sendiri saat aku masih kelas 5 SD. Seperti biasa, sebelum Maghrib aku selalu mengaji bersama teman-teman di gedung serbaguna dekat rumahku. Kebiasaanku sebelum mengaji adalah bermain-main dulu di sekitar perumahanku. Setelah cukup bermainnya, baru aku pergi ke gedung serbaguna untuk mengaji.
Sekitar jam setengah tujuh, saat sedang mengaji, konsentrasiku buyar seketika. Di balik jendela ruang serbaguna muncul seseorang yang berbisik memanggilku, "Ssssttt sini.... sini....". Ah, ternyata itu Ardi. Mau apa ya dia mengendap-ngendap memanggilku seperti itu. "Sudah beres ngajinya?" tanya Ardi. Aku menggelengkan kepala, "Belum. Emang ada apa, Di?"
"Aku mau nunjukin sesuatu abis kamu ngaji nanti ya?". Aku jadi penasaran apa yang mau Ardi tunjukan padaku. Jadi begitu mengaji selesai, aku langsung keluar mencari Ardi. Ternyata dia masih menungguku di balik jendela. Aku menghampiri Ardi, "Mau nunjukin apa sih?". Ardi balik bertanya, "Kamu mau pulang khan?". Aku menjawabnya dengan anggukan kepala. "Ya sudah, tempat yang mau aku tunjukin sekalian lewat kok", cetus Ardi sambil menarikku. Dengan patuh Ardi melewati jalan yang biasa aku lewati pulang. Baru beberapa langkah, Ardi berhenti dan menunjuk ke arah sebuah rumah kosong. Rumah yang baru setengah jadi dengan cat putih dan penerangan seadanya.
"Lihat itu!" kata Ardi sambil menunjuk bagian pintu rumah yang belum terpasang pintunya. Aku mencoba melihat dengan jeli ke arah rumah yang cahayanya remang-remang itu. Mencoba mencari apa yang Ardi maksud.
"Ah, apaan Di! Gak ada apa-apa....." kataku, karena memang aku tidak melihat apa-apa. "Coba lihat sekali lagi dengan seksama" Ardi setengah memaksa. Aku jadi semakin penasaran untuk bisa melihat apa yang ingin Ardi tunjukan. Saat aku perhatikan lagi bagian pintu rumah itu, "Astagaaaaaaaaaaaaaaa!!!! Apa itu??!!" pekikku.
Aaaa... aku melihat sebuah kepala tanpa badan yang melayang. Tampak jelas sekali, itu sebuah kepala wanita dengan rambut panjang. Hanya kepala! Tanpa badan! Wajahnya pucat tanpa ekspresi dan matanya menatap tajam padaku. Kontan aku langsung menangis! Aku menutup mataku dan jongkok memeluk kedua tumitku yang bergetar! Aku kesal dengan Ardi! Ardi memang terkenal besar nyalinya, tapi tidak perlu seperti ini pembuktiannya. Sialan dia! Apalagi tampaknya dia sama sekali tidak takut melihat penampakan itu.
"Kamu mau pulang?" tiba-tiba Ardi bertanya. Dalam tangisku aku mengiyakan, "Iya, aku mau pulang, tapi takut..." rengekku. Aku memang takut sekali karena kalau pulang, mau tidak mau aku harus melewati rumah kosong itu untuk sampai ke rumah. Tampaknya Ardi kasihan melihatku ketakutan. Dia pun bilang akan mengantarkanku. Dia merangkulku saat berjalan, dan aku mengikutinya dengan kepala tetap merunduk, badan sedikit membungkuk, dan mata setengah terpejam. Ardi terus menuntunku.
Di tengah jalan, Ardi bertanya kepadaku, "Kamu mau lihat lagi gak? Kalau mau saya berhenti nih". Haah? Aku benar-benar shock dan ketakutan mendengarnya. Tapi anehnya jawabanku adalah anggukan kepala. Ardi yang saat itu menuntunku pun langsung berhenti berjalan. Aku merasa Ardi berhenti di depan pintu rumah kosong itu.
"Tuh, lihat" tantang Ardi. Dan herannya aku menuruti perkatannnya dan mengangkat kepalaku perlahan. Hhhh.... untung. Ternyata di hadapanku tidak ada apa-apa. Aku menghela nafas lega. Namun samar-samar aku mulai menyadari terdengar suara tawa wanita. Dan saat aku berbalik hendak berlari, ooooooohh, di belakangku... ada sosok kepala wanita tanpa badan! Kepala yang daritadi sudah tepat di belakangku. Tersenyum dan matanya membelalak tajam! Yang anehnya lagi, Ardi yang tadi bersamaku sekarang tidak ada! Pasti dia meninggalkanku disini!
Aku langsung lari menuju rumah. Menggedor pintu dengan panik. Dan setelah ibu membukakan pintu, aku langsung lemas tak sadarkan diri.
Esoknya aku terkena demam tinggi. Setelah aku sanggup bicara, aku mulai menceritakan kejadian itu kepada ibuku. Ibuku lalu bertanya apa yang aku lakukan sebelum mengaji. Aku mengingat-ingat lagi dan sepertinya sebelum mengaji aku memang bermain bersama Ardi di halaman belakang rumah itu. Aku dan Ardi, saat itu main kubur-kuburan barang. Sampai aku bentuk seperti kuburan. Mungkin penunggu rumah itu tidak suka. Jadi memperlihatkan dirinya kepadaku.
Yang pasti, aku tidak tahu kenapa Ardi tega meninggalkanku di depan rumah itu. Jadi saat aku bertemu Ardi, aku langsung bertanya. "Kamu kemana malam kemarin? Tega sekali ninggalin aku sendiri!" tegurku galak. Ardi memandangku dengan mata terbelalak. "Lho, kemarin itu aku gak ada di Bandung. Dan... main kubur-kuburan sore-sore sama kamu? Gak mungkin. Dari dua hari lalu aku sudah gak di Bandung".
source: buku "Nightmare Side"
0 comment(s):
Post a Comment